Senin, 06 Februari 2017

BATIK LEM CIREBON DALAM SPENAM EXPO 2017


Berbagai inovasi dari perkembangan seni rupa warisan Cirebon terus digali. Salah satunya adalah penemuan teknik baru membatik dengan menggunakan Lem sebagai pengganti malam. Karena, selain dengan menggunakan bahan biasa pada umumnya, penggunaan Lem dalam membatik dinilai ramah dan tidak berbahaya bagi siswa dana anak kecil yang ingin belajar membatik.


Hal itu terlihat saat Ade Supriyadi yang juga penemu Batik Lem asal Perumnas Kota Cirebon, mendemokan teknik membatik kepada 100 siswa SMPN 6 Kota Cirebon, pada Sabtu (14/1/2017) lalu. Tanpa canggung, ragu dan takut akan bahaya membatik, para siswa pun dengan lihai menuangkan ekspresi mereka di kain sepanjang 10 meter.
“Kalau batik yang biasa dilakukan atau klasiknya itu pakai malam dan dipanaskan mendidih di atas kompor. Bagi anak-anak yang baru belajar cukup rentan dan berbahaya,” ujar Ade pada kegiatan Spenam Expo 2017 Batik Lem Cirebon.
Dia menuturkan, seutas kain ketika sudah ada motif batik tetap menjadi kain batik. Artinya, menggunakan malam atau lem hanya sebatas teknik membatiknya saja dan beda bahan perintang.
Selain itu, lanjut Ade, membatik dengan teknik menggunakan lem lebih ramah dan aman, khususnya bagi siswa atau anak kecil yang ingin belajar membatik. “Kalau pakai malam ya harus dalam kondisi mendidih dan panas. Membatik pakai malam tidak bisa dilakukan di kelas tapi membatik pakai perintang lem bisa dilakukan di kelas. Hasilnya tetap jadi batik,” kata Ade.
Keunggulan
Sementara itu, untuk canting, Ade pun mendesainnya sendiri. Canting yang dibuat pada batik lem dari botol obat tetes mata yang di bagian ujungnya diganti dan diberi tambahan list kecil berlubang yang biasa menempel di kursi kayu.
“Mirip dengan cotton bud yang ujungnya berlubang atau dibuat seperti tipe x yang cair. Tapi saya tidak pakai cutton bud karena kesannya kotor,” kata Ade.
Batik lem yang berhasil dikembangkan Ade juga memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya bisa dilakukan dalam waktu yang singkat di air yang tidak mendidih.
Selain itu, lanjut Ade, batik lem juga bisa dilakukan di media lain selain kain. Dia menyebutkan, batik lem buatannya bisa digunakan di seluruh jenis sepatu bahkan kulit manusia.
“Kekurangannya yakni kalau pertama dicuci kainnya masih agak keras karena sifat lemnya masih menempel jadi harus 3-4 kali cuci. Keringnya memang agak lama terus kalau mau dicelup pakai pewarna harus bolak balik mewarnainya agar setelah dicelup di air warnanya makin tajam,” katanya.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar